Selasa, 08 Desember 2009

Pidato Keagamaan

PIDATO KEAGAMAAN : Nilai – nilai Pengorbanaan

Bismillahirahmannirrahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur mari bersama-sama kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nyalah kita dapat berkumpul dalam suasana yang berbahagia ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada teladan kita nabi akhir zaman, Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan semoga kepada kita selaku ummatnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Hadirin yang berbahagia,
Sebelumnya, saya mengucapkan terima kasih kepada pembawa acara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengisi acara siraman rohani ini, juga kepada hadirin yang bersedia berkumpul bersama-sama di tempat yang insya Allah diridhai Allah SWT ini.
Tanpa berpanjang lebar, baiklah pada kesempatan kali ini saya akan sedikit mengulas mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah kurban.
Hadirin yang dirahmati oleh Allah SWT,
Dalam hitungan beberapa minggu, bahkan beberapa hari lagi, kita ummat islam akan bersama sama menyongsong sebuah hari besar, yakni hari raya idul adha 1430 H. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, hari raya ini merupakan hari kemenangan terutama bagi mereka yang melaksanakan ibadah haji. Tetapi jangan karena kita misalnya tidak melaksanakan ibadah haji, jadi kita acuh tak acuh terhadap hari besar ini. Tetapi justru ada banyak hal terutama nilai nilai yang terkandung dalam salah satu prosesi hari raya idul adha ini, yaitu berkurban.
Kalau kita mengupas masalah nilai-nilai dari ibadah kurban ini, berarti kita harus merujuk pada sebuah peristiwa besar yang sangat bersejarah. Betul sekali, peristiwa ini adalah peristiwa pengorbanan tiga orang insan terpilih demi ketakwaannya terhadap Allah SWT, yaitu Nabi Ibrahim a.s, Nabi Ismail a.s, dan Siti Hajar.
Kita tahu bahwa ketiga orang ini adalah insan-insan pilihan Allah SWT yang mengemban sebuah cobaan yang teramat berat, terutama kalau cobaan itu dialamatkan kepada kita. Kita sebagai manusia biasa mungkin tidak akan sanggup untuk mengemban ujian seberat itu.
Nabi ibrahim, seorang nabi dan rasul sekaligus seorang kepala keluarga yang taat. Sebagai nabi dan rasul, nabi Ibrahim dengan gigih menyebarkan ajaran tauhid kepada ummatnya, dan sebagai kepala keluarga beliau adalah figur andalan yang mencintai keluarga, terutama anak dan istrinya. Sebagai hamba, dia selalu taat beribadah kepada Allah SWT dan senantiasa mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dia akan senatiasa taat terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah SWT apapun bentuk dan juga resikonya.
Nabi ismail, seorang anak yang patuh dan berbakti kepada orang tuanya. Bisa dibilang dialah anak yang paling berbakti terhadap orangtuanya. Kalau dibandingkan dengan zaman sekarang, mungkin akan sangat sulit untuk menemukan anak yang baktinya melebihi atau minimal menyamai bakti nabi ismail terhadap orangtuanya.
Kemudian Siti Hajar, figur seorang wanita yang shalihah, taat beribadah, menyayangi keluarga dan berbakti kepada suaminya. Sebagai seorang istri dan juga ibu yang baik sudah sepatutnyalah ia menjadi teladan bagi kehidupan kita terutama kaum wanita.
Hadirin yang berbahagia,
Pada suatu hari, ketiga insan terpilih ini mendapatkan ujian dari Allah SWT untuk membuktikan keimanan mereka kepada Allah SWT. Nabi ibrahim bermimpi bahwa Allah SWT memerintahkan dirinya untuk menyembelih puteranya, nabi ismail. Alangkah terkejutnya ia mendengar hal itu. Beliau pun dihinggapi kebingungan. Di satu sisi, ini adalah perintah Allah SWT dan di sisi lain beliau sangat menyayangi putera semata wayangnya tersebut. Antara percaya dan tidak akhirnya nabi ibrahim mencoba meminta pendapat puteranya, nabi ismail. Disinilah sebuah prinsip musyawarah dibangun, bagaimana kita memutuskan suatu perkara bukan dengan kehendak kita semata tetapi dirundingkan dengan orang lain. Setelah ditanya seperti itu, nabi ismail dengan tegas menjawab , “ayahku, jika perintah ini datangnya dari Allah SWT maka lakukanlah. Semoga engkau mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar”. Betapa sebuah jawaban yang menggetarkan hati apabila kita mendengarnya, terlebih lagi kata kata ini keluar dari bibir seorang anak yang masih polos. Tak lepas sampai disitu, nabi ibrahim pun kembali bermusyawarah dengan istrinya, siti hajar. Sebagai seorang yang telahmengandung, melahirkan, dan membesarkannya mungkin kita menduga siti hajar akan menolak habis habisan, tapi nyatanya tidak. Dengan lantang ia mengiyakan perintah itu.
Godaan yang datang dari iblis senantiasa silih berganti menyergap ketiga insan ini, untuk tidak melakukan perintah itu. Tapi dengan keteguhan hati dan kekuatan iman, akhirnya ketiga manusia terpilih ini tetap menjalankan perintah itu. Bahkan mereka melempari iblis itu dengan batu batu kecil. Kelak ini akan menjadi sebuah prosesi wajib dalam ibadah haji. Karena ketulusan dan kesabarannya, akhirnya Allah SWT pun membatalkan perintah untuk menyembelih nabi ismail itu dan sebagai gantinya, dibawalah seekor qibas yang didatangkan dari surga untuk disembelih sebagai tanda bahwa ketiganya telah melaksanakan perintah Allah SWT tersebut dengan baik.
Hadirin yang berbahagia,
Dari kisah ini kita bisa bercermin, betapa pengorbanan itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita. Nilai nilai pengorbanan yang dicontohkan oleh ketiga insan terpilih Allah SWT ini, harus dapat kita tanamkan dalam hati sanubari kita. Bukan berarti kita harus mengorbankan nyawa kita atau anggota keluarga kita, atau dengan jalan menyembelih hewan kurban seperti domba atau sapi. Tidak. Tetapi pengorbanan dalam artian rela berkorban demi kepentingan bersama. Berkorban tidak hanya dengan materi tetapi juga dengan kita diberikan potensi untuk senantiasa digunakan dengan sebaik baiknya, tentu saja untuk kebaikan kita dan orang-orang di sekitar kita.
Kita coba mulai menerapkan nilai pengorbanan ini dalam diri kita sendiri. Misalkan dalam kehidupan anak sekoilah kita dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Di satu sisi kita mempunyai keinginan untuk bermain tetapi di sisi lain kita dituntut untuk belajar contohnya saat menghadapi ujian. Dari sini kita harus bisa melakukan pengorbanan. Bagaimana kita menyingkirkan ego kita untuk bermain tadi dan menggantinya dengan belajar. Memang terdengar sangat mudah tetapi prakteknya akan sangat sulit. Maka dri itu mulailah dari diri sendiri.
Berikutnya pengorbanan demi kepentingan bersama. Ini sangat penting terutama dalam kehidupan di luar. Setelah menanamkan nilai-nilai pengorbanan dalam diri kita, tentunya akan sangat baik kalau ini direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, dari peristiwa ini kita bisa mengambil betapa pentingnnya nilai nilai bermusyawarah dalam hal menentukan kebijakan yang berhubungan dengan kepentingan bersama. Jangan hanya karena kita yang mempunyai otoritas menjadikan kita berhak menetukan segalanya sendiri, tetapi dengan bermusyawarah inilah kita harus memutuskannya bersama sama sehingga kelak tidak ada lagi pihak yang merasa dirugikan.
Sekali lagi melalui momentum hari raya idul adha sebagai hari raya kurban, mari kiata bersama sama menanamkan semangat rela berkorban terutama berkorban demi kepentingan bersama yang wajib hukumnya. Tentu saja hal ini harus diimbangi dengan adanya peningkatan iman, amal, dan takwa kita.
Hadirin yang dirahmati Allah SWT,
Saya kira cukup sekian apa yang bisa sampaikan. Lebih kurangnya saya mohon maaf. Karena pada hakikatnya saya adalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT dan kekurangan itu datangnya dari saya pribadi. Terima kasih atas perhatiannya.
Wabillahitaufiq walhidayah
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

8 komentar: